Arab Saudi, wartaglobal.id--Salah satu anggota Pleno Pimpinan Daerah Muhamamdiyah (PDM) Kabupaten Pringsewu Lampung lakukan kunjungan ke Pimpinan Cabang Istimewa Muhamamdiyah Kerajaan Arab Saudi.
Kunjungan kali ini dilakukan oleh Dr. Muhtasor, S.Pd., M.M. selaku sekretaris PDM Kabupaten Pringsewu kepada media, Kamis, 13/7/2023 dalam rangka menjalin ukhuwah saling sharing perkembangan dan pengembangan persyarikatan Muhammadiyah.
Silaturahmi diterima langsung oleh ketua PCIM Hamka beserta pengurus lainnya.
Moment istimewa tersebut juga dimanfaatkan untuk kemungkinan melakukan Memorandum of Understanding (MoU) antara keduannya dalam bidang manajemen Umroh dan haji serta kemungkinan bidang pendidikan melalui asistensi pendidikan lanjutan S1/S2 di Mekkah dan Madinah diantaranya potensi peluang ke Universitas Ummul Quro, Universitas Islam Madinah dan lain-lain, Harapnya.
Muhtasor menambahkan Sepulang dari Arab Saudi, PDM Pringsewu akan menindaklanjuti hasil kunjungan tersebut pada program strategik yang memiliki peluang untuk mampu diimplemantasikan di Pringsewu.
Kunjungan pleno PDM tersebut dilakukan bersamaan dengan kegiatan silaturahmi bersama jamaah haji Muhamamdiyah se-Indonesia yang juga dihadiri oleh PP Muhammadiyah Drs. Dahlan Rais, Sayuti, P.hd, dan tokoh Muhammadiyah lainnya, Ujarnya.
Untuk diketahui kantor (Markaz) PCIM di Saudi akan menempati kantor yang tidak terlalu besar dengan sistem sewa dengan harga yang cukup fantastik yakni capai 20.000 Riyal sekitar 86 juta rupiah pertahun dengan kurs Rp.4.390 per 1 riyal.
Dalam diskusi yang berlangsung kurang lebih 1 jam yang difasilitasi oleh Humas PCIM setempat Khidmad Fazlur Rohman, Dr. Muhtasor memberikan apresiasi kepada pengurus PCIM yang baru berjalan di tahun ke-3 dan dikelola oleh anak-anak muda atas prestasi yang melesat maju dalam mendirikan, merawat dan mengembangkan Persyarikatan Muhammadiyah di wilayah kerajaan Saudi Arabia.
Dari sekian perbincangan, didapatkan benang merah yang menjadikan organisasi cepat berkembang adalah spirit dan kemampuan menjaga kohesivitas kolegial dalam mengelola organisasi.
Ketua ternyata tidak pernah merasa sebagai orang nomor 1 akan tetapi betul-betul mengembangkan aspek kepemimpinan kolegial yang menjadi ciri persyarikatan Muhammadiyah dimana- mana.